aditya widi
Selasa, 11 Mei 2021
Eid Mubarak 1442 H
Jumat, 04 Desember 2020
Selamat tinggal, sayang
Selamat Tinggal, Sayang
Aditya Nur Widi Hajizah
Halo, selamat
malam.
Bisakah kamu
segera pergi dari pikiranku? Ya, ini adalah paksaan! Aku akan tetap memaksa
bayanganmu agar segera enyah dari seluruh kegiatanku. Sebenarnya apa yang sudah
kamu perbuat padaku hingga aku merasa sulit untuk melupakan kisah ini? Aku
lelah mengurung diri sendiri dan bahkan memboikot bahwa aku adalah perempuan
paling sial di dunia ini.
Lihatlah! Kamu
yang sungguh baik hati dan punya etika yang baik. Sampai pada akhirnya kamu
pergi tanpa memberi seuntai kata perpisahan kepadaku. Pergi, bagai ditelan
bumi..
Tidakkah kamu
berfikir? Sudah dua tahun tiga bulan kita bersama. Saling memberi dukungan satu
sama lain. Juga berusaha tetap ada dalam situasi apapun. Aku menerima mu apa
adanya. Tanpa pernah sekalipun memandang kekurangan mu. Memberikan pertolongan
ketika kamu membutuhkan aku, mendukung semua keputusanmu demi meraih impianmu. Tapi
balasanmu padaku sungguh teramat kejam. Kamu lebih memilih dia yang punya
segalanya. Dia, yang beberapa hari lalu telah berhasil merebut hatimu. Pergi
meninggalkan aku sendiri. Tanpa kata, dan tanpa suara..
Tidak. Aku tidak
marah. Justru aku berterimakasih pada perempuan baik hati itu. Dia telah
membantuku membuka mata dan akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Kamu bukan
laki laki yang pantas untuk mendapatkan kesetiaan ku. Bahkan, aku tak sudi jika
setetes air mata jatuh untuk menangisi laki laki sepertimu..
Aku tak akan
mengutukmu. Aku juga tidak akan memaki. Justru aku persembahkan doa terbaikku
untukmu. Agar senantiasa diberikan kebahagiaan, langgeng bersama dia hingga
kamu bisa menghabiskan waktu senjamu bersamanya dihamparan pasir putih pantai
seperti salah satu impianmu dulu saat bersamaku. Tak ketinggalan, aku juga
berdoa agar akulah perempuan terakhir yang pernah kau patahkan hatinya.
Kamu sungguh
beruntung, karena aku dengan besar hati merelakan kepergianmu. Tidak lagi
memintamu untuk tetap singgah menemaniku. Iya, aku tidak lagi egois dan keras
kepala. Ini semua karena kamu yang telah berhasil mengajarkan aku tentang arti
keikhlasan. Jadi, aku tidak akan menangisi kepergianmu lagi.
Selamat tinggal, sayang..
Blitar, 23 April 2020
Hohoho, hari ini bukan puisi seperti minggu-minggu sebelumnya. Ada yang tahu senandika? Yaa itu di atas adalah salah satu cotoh senandika yang random aku buat pas challenge di salah satu grup kepenulisan yang saat itu aku ikuti. Mau baca contoh senandika yang pernah aku buat? Boleh banget nih mampir di wattpad ku. (Promosi bentar hehe)
https://www.wattpad.com/story/222336749-jarak-kata
Baca-baca aja dulu, siapa tahu suka ❤
This is my opinion
Dalam minggu ini, ada sebuah pembahasan yang paling berkesan dan membuatku sangat antusias adalah saat membahas tentang dimensi sikap dan perilaku mendewasa menurut pendidikan sepanjang hayat. Hanya untuk menjelaskan sedikit (padahal ngga penting) bahwa aku sedang menempuh studi jurusan pendidikan luar sekolah. Mau tau lebih lanjut? Silakan browsing sendiri😂✌️
Kembali ke pembahasan awal. Satu point yang benar-benar membuatku merasa tertampar adalah "semakin dewasa kita, semakin bisa kita merubah sikap dari mementingkan diri sendiri menjadi lebih memperhatikan orang lain"
Apa yang salah? Coba baca berulang-ulang.
Sebuah realita yang mungkin kalian alami juga. Saat dimana kita diharuskan untuk lebih peduli pada orang lain. Bukannya tidak baik. Justru sangat amat baik jika kita sudah berada pada fase tersebut. Tapi pernahkah kalian merasa karena saking baiknya kita pada orang lain, justru kebaikan kita disalahgunakan oleh mereka. Padahal seharusnya jika kita memang sudah dewasa, harusnya kita sudah bisa bersikap lebih mandiri daripada berantung pada orang lain atau mengandalkan orang lain.
Loh? Tapikan jika kita mengandalkan orang lain tandanya kita percaya pada orang tersebut.Lagian kan manusia itu makhluk sosial, nggak bisa kalau menjalani semuanya sendirian.
Yaa memang pendapat itu benar, 'asalkan' kita bisa mengaturnya dengan baik. Mengandalkan orang lain itu boleh, tapi akan lebih baik lagi jika kita bisa lebih mandiri. Jangan terus-menerus mengandalkan orang lain jika kita bisa melakukannya sendiri. Kalau kata Ibnu Taimiyyah "Jangan terlalu bergantung pada siapapun di dunia ini, karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu disaat gelap"
Beberapa minggu kemarin sudah pernah aku menyinggung tentang berpikir dari sudut pandang orang lain. Itu sangat perlu kita terapkan dalam kehidupan. Jangan hanya "Aduh ini gimana sih susah banget. Tolong bantuin dong", coba sekali-kali "Gimana kamu? Aman? Ada yang susah nggak? Sini aku bantuin ya". Jangan terus-terusan menunggu arahan atau perintah, coba sesekali berinisiatif. "Kamu kemarin kan udah, sekarang aku aja yang bertugas. Biar kita sama-sama punya pengalaman".
Beberapa minggu kemarin juga sudah kutegaskan bahwa bumi tidak berputar hanya untukmu. Jadi jangan hanya memikirkan diri sendiri. Coba berpikir menggunakan sudut pandang orang lain. Kita semua sama-sama lelah, sama-sama sedang berproses menuju sebuah mimpi kita masing-masing. Bukan hanya masa depanmu saja yang penting, masa depan orang lain juga penting. Kalau tadi pakai argumen 'manusia makhluk sosial' maka coba terapkanlah. Karena bukan hanya kamu saja yang 'manusia' yang butuh orang lain, mereka juga 'manusia' yang juga memerlukan dirimu dan orang lain.
Baca chapter Maaf dan Terimakasih.
Agar kita bisa saling memperbaiki diri agar menjadi yang lebih baik lagi😇🖤
Jumat, 20 November 2020
Balada Rindu
Sudahkah diri kita mengikhlaskan apa yang telah berlalu?
Atau justu masih terbelenggu oleh kisah masa lalu?
Mari kita sejenak melihat luka yang telah tercipta.
Meski sulit untuk menyembuhkannya, setidaknya ada obat penawarnya.
Apa itu? Ikhlas :)
Sesuai request minggu lalu, aku torehkan sebait Balada Rindu untuk kalian.
Yaa, kalian yang sedang berputar dalam dimensi kenangan. Masih amburadul, tapi semoga bisa menemani malam yang sunyi, sepi, dan sendiri. Hehehe
Balada Rindu
-Aditya Nur Widi Hajizah
Malam masih terlalu sunyi kala sendiri
Ketika bumantara ramai oleh kerlip lintang
Sungguh terlalu carut rasa rindu ini
Yang selalu menerobos mengoyak tenang
Indurasmi mulai mengintip malu-malu
Sedangkan gejolak rinduku tak pernah pupus
Padahal kita telah regas oleh waktu
Menyisakan kenangan pahit dan juga manis
Kau tak pernah tahu, dan mungkin tak mau tahu
Seberapa dalam luka yang muncul saat bibirku mengucap amin
Ketika dengan paksa ku hapus namamu disetiap kidungku
Karena aku sadar bahwa telah tiba waktu untuk menerima keadaan
Sudah ku akhiri saja balada rindu ini
Lagipula dirimu telah berlalu entah kemana
Ku usaikan segala cerita yang pernah terjadi
Mari kita bahagia dengan jalan yang berbeda
Blitar, 20 November 2020
Kumpulan diksi :
1. Bumantara : Langit
2. Carut : Keji
3. Indurasmi : Sinar rembulan
4. Pupus : Habis; Hilang
5. Regas : Dipotong; Diputus
6. Kidung : Nyanyian; Puisi; Doa
7. Balada : Sajak sederhana
Jumat, 13 November 2020
Puisi "Cerita Semesta"
Hai hai haiii :)
Minggu, 18 Oktober 2020
Maaf dan Terimakasih...
Memang benar, dua kata yang paling susah diucapkan adalah "Maaf, dan juga Terimakasih"
Namun ada juga sebagian orang yang dengan mudahnya mengucapkan kata-kata tersebut.
Tindakan yang manusiawi dan juga merupakan kodrat manusia adalah khilaf. Pasti pernah kita melakukan sebuah kesalahan yang di sengaja maupun tidak sengaja. Niatnya hanya bercanda, tapi ternyata yang diajak bercanda tidak suka dengan cara kita atau sesuatu yang kita jadikan bahan jokes tersebut.
Eittss... Jangan salah. Itu namanya bukan baper!
Karena pada dasarnya, ada hal-hal sensitif yang seharusnya tidak jadi bahan bercandaan. Mungkin untuk kita itu adalah hal yang lucu, tapi bagaimana jika orang lain tersinggung karena sebenarnya itu adalah hal yang tabu untuk mereka?
Pernah berpikiran seperti itu?
Jika belum, sesekali cobalah untuk berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Melihat semuanya, segala aspek kehidupan melalui 'sudut pandang' orang lain.
No! Itu bukan membandingkan. Bukan juga merendahkan. Hanya saja kita juga harus bisa belajar untuk saling menghargai. Menghargai sudut pandang orang lain, menghargai prinsip orang lain, juga menghargai keputusan orang lain.
Jika salah jangan ragu untuk meminta maaf.
Jika diberikan sebuah kebaikan, balas itu dengan ucapan terimakasih yang tulus.
Oiya, ada satu hal yang selalu aku tuliskan pada buku harianku.
"Jangan mengingat kesalahan orang lain, jangan pula membalasnya dengan hal serupa. Tetapi ingatlah berapa kebaikan yang pernah kita dapat. Ingat siapa saja mereka yang selalu membantu kita. Balas kebaikan mereka dengan hal-hal baik yang bisa kita lakukan"
Kehidupan ini bukan hanya tentang dirimu sendiri. Kamu butuh orang lain untuk membantumu berproses menuju impian. Kamu butuh orang lain untuk melakukan segala hal.
So please!
Jangan mementingkan diri sendiri. Egonya tolong dikondisikan :')
Jangan melulu ingin di hargai, dihormati, disegani. Jika sendirinya belum bisa melakukan hal itu ke orang lain.
Bumi tidak hanya berputar untukmu saja.
Jangan saling menyalahkan, jangan memanfaatkan kebaikan orang lain, jangan menyakiti orang lain.
***
Terimakasih sudah menyempatkan sedikit waktu untuk membaca part ini :) juga maaf jika part ini masih absurd karna setelah sekian lama baru nulis lagi.
Terakhir, sebelum kita terlelap. Ada dua hal yang harus kita tanyakan pada diri kita masing-masing.
Sudah berapa kali dalam hari ini kita menyakiti atau menyinggung orang lain?
Sudah berapa kali dalam hari ini kita mendapatkan bantuan dari orang lain?
Mari merenung sejenak...