Selasa, 11 Mei 2021

Eid Mubarak 1442 H

Bulan Mei pun masih diselimuti dengan pandemi.
Beredar pula kabar mudik yang dilarang sana sini.
Air mata menggiringi perginya bulan suci.
Juga tangisan mereka yang gagal mudik lagi.

Ramadhan akan segera beranjak pergi.
Meninggalkan dunia yang masih diselimuti oleh pandemi.
Untuk saat ini, bersua saja dengan sanak saudara secara virtual.
Semoga, tahun depan bisa berkumpul secara real.

Lagi-lagi Ramadhan telah bersiap untuk pergi.
Meninggalkan hiruk pikuk dunia tanpa basa-basi.
Tidak akan ada lagi wacana buka bersama alumni.
Yang selalu ada dari generasi ke generasi.

Maka, berbahagialah kalian yang bukbernya sudah terealisasi.

Waktu begitu cepat bergulir.
Tahu-tahu, Ramadhan akan segera pamit.
Sebentar lagi, pintu maaf dibuka lebar-lebar.
Sedangkan pintu rumah yang kemungkinan banyak ditutup.

Dalam bening hati pun terselip kelamnya prasangka.
Di setiap sopannya sapa pasti ada celanya kata.
Tidak ada pemberian dan sikap yang mulia.
Selain memohon maaf dan memaafkan sesama.

Taqabballahu Minna Wa Minkum.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H.
Mohon Maaf Lahir dan Batin😇

Jumat, 04 Desember 2020

Selamat tinggal, sayang

Selamat Tinggal, Sayang

Aditya Nur Widi Hajizah

 

Halo, selamat malam.

Bisakah kamu segera pergi dari pikiranku? Ya, ini adalah paksaan! Aku akan tetap memaksa bayanganmu agar segera enyah dari seluruh kegiatanku. Sebenarnya apa yang sudah kamu perbuat padaku hingga aku merasa sulit untuk melupakan kisah ini? Aku lelah mengurung diri sendiri dan bahkan memboikot bahwa aku adalah perempuan paling sial di dunia ini.

Lihatlah! Kamu yang sungguh baik hati dan punya etika yang baik. Sampai pada akhirnya kamu pergi tanpa memberi seuntai kata perpisahan kepadaku. Pergi, bagai ditelan bumi..

Tidakkah kamu berfikir? Sudah dua tahun tiga bulan kita bersama. Saling memberi dukungan satu sama lain. Juga berusaha tetap ada dalam situasi apapun. Aku menerima mu apa adanya. Tanpa pernah sekalipun memandang kekurangan mu. Memberikan pertolongan ketika kamu membutuhkan aku, mendukung semua keputusanmu demi meraih impianmu. Tapi balasanmu padaku sungguh teramat kejam. Kamu lebih memilih dia yang punya segalanya. Dia, yang beberapa hari lalu telah berhasil merebut hatimu. Pergi meninggalkan aku sendiri. Tanpa kata, dan tanpa suara..

Tidak. Aku tidak marah. Justru aku berterimakasih pada perempuan baik hati itu. Dia telah membantuku membuka mata dan akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Kamu bukan laki laki yang pantas untuk mendapatkan kesetiaan ku. Bahkan, aku tak sudi jika setetes air mata jatuh untuk menangisi laki laki sepertimu..

Aku tak akan mengutukmu. Aku juga tidak akan memaki. Justru aku persembahkan doa terbaikku untukmu. Agar senantiasa diberikan kebahagiaan, langgeng bersama dia hingga kamu bisa menghabiskan waktu senjamu bersamanya dihamparan pasir putih pantai seperti salah satu impianmu dulu saat bersamaku. Tak ketinggalan, aku juga berdoa agar akulah perempuan terakhir yang pernah kau patahkan hatinya.

Kamu sungguh beruntung, karena aku dengan besar hati merelakan kepergianmu. Tidak lagi memintamu untuk tetap singgah menemaniku. Iya, aku tidak lagi egois dan keras kepala. Ini semua karena kamu yang telah berhasil mengajarkan aku tentang arti keikhlasan. Jadi, aku tidak akan menangisi kepergianmu lagi.

Selamat tinggal, sayang..

Blitar, 23 April 2020


Hohoho, hari ini bukan puisi seperti minggu-minggu sebelumnya. Ada yang tahu senandika? Yaa itu di atas adalah salah satu cotoh senandika yang random aku buat pas challenge di salah satu grup kepenulisan yang saat itu aku ikuti. Mau baca contoh senandika yang pernah aku buat? Boleh banget nih mampir di wattpad ku. (Promosi bentar hehe)

https://www.wattpad.com/story/222336749-jarak-kata 

Baca-baca aja dulu, siapa tahu suka ❤

This is my opinion

Dalam minggu ini, ada sebuah pembahasan yang paling berkesan dan membuatku sangat antusias adalah saat membahas tentang dimensi sikap dan perilaku mendewasa menurut pendidikan sepanjang hayat. Hanya untuk menjelaskan sedikit (padahal ngga penting) bahwa aku sedang menempuh studi jurusan pendidikan luar sekolah. Mau tau lebih lanjut? Silakan browsing sendiri😂✌️

Kembali ke pembahasan awal. Satu point yang benar-benar membuatku merasa tertampar adalah "semakin dewasa kita, semakin bisa kita merubah sikap dari mementingkan diri sendiri menjadi lebih memperhatikan orang lain"

Apa yang salah? Coba baca berulang-ulang.

Sebuah realita yang mungkin kalian alami juga. Saat dimana kita diharuskan untuk lebih peduli pada orang lain. Bukannya tidak baik. Justru sangat amat baik jika kita sudah berada pada fase tersebut. Tapi pernahkah kalian merasa karena saking baiknya kita pada orang lain, justru kebaikan kita disalahgunakan oleh mereka. Padahal seharusnya jika kita memang sudah dewasa, harusnya kita sudah bisa bersikap lebih mandiri daripada berantung pada orang lain atau mengandalkan orang lain.

Loh? Tapikan jika kita mengandalkan orang lain tandanya kita percaya pada orang tersebut.Lagian kan manusia itu makhluk sosial, nggak bisa kalau menjalani semuanya sendirian.

Yaa memang pendapat itu benar, 'asalkan' kita bisa mengaturnya dengan baik. Mengandalkan orang lain itu boleh, tapi akan lebih baik lagi jika kita bisa lebih mandiri. Jangan terus-menerus mengandalkan orang lain jika kita bisa melakukannya sendiri. Kalau kata Ibnu Taimiyyah "Jangan terlalu bergantung pada siapapun di dunia ini, karena bayanganmu saja akan meninggalkanmu disaat gelap"

Beberapa minggu kemarin sudah pernah aku menyinggung tentang berpikir dari sudut pandang orang lain. Itu sangat perlu kita terapkan dalam kehidupan. Jangan hanya "Aduh ini gimana sih susah banget. Tolong bantuin dong", coba sekali-kali "Gimana kamu? Aman? Ada yang susah nggak? Sini aku bantuin ya". Jangan terus-terusan menunggu arahan atau perintah, coba sesekali berinisiatif. "Kamu kemarin kan udah, sekarang aku aja yang bertugas. Biar kita sama-sama punya pengalaman".

Beberapa minggu kemarin juga sudah kutegaskan bahwa bumi tidak berputar hanya untukmu. Jadi jangan hanya memikirkan diri sendiri. Coba berpikir menggunakan sudut pandang orang lain. Kita semua sama-sama lelah, sama-sama sedang berproses menuju sebuah mimpi kita masing-masing. Bukan hanya masa depanmu saja yang penting, masa depan orang lain juga penting. Kalau tadi pakai argumen 'manusia makhluk sosial' maka coba terapkanlah. Karena bukan hanya kamu saja yang 'manusia' yang butuh orang lain, mereka juga 'manusia' yang juga memerlukan dirimu dan orang lain.

Baca chapter Maaf dan Terimakasih.

Agar kita bisa saling memperbaiki diri agar menjadi yang lebih baik lagi😇🖤

Jumat, 20 November 2020

Balada Rindu

Sudahkah diri kita mengikhlaskan apa yang telah berlalu?

Atau justu masih terbelenggu oleh kisah masa lalu?

Mari kita sejenak melihat luka yang telah tercipta.

Meski sulit untuk menyembuhkannya, setidaknya ada obat penawarnya.

Apa itu? Ikhlas :)


Sesuai request minggu lalu, aku torehkan sebait Balada Rindu untuk kalian.

Yaa, kalian yang sedang berputar dalam dimensi kenangan. Masih amburadul, tapi semoga bisa menemani malam yang sunyi, sepi, dan sendiri. Hehehe



Balada Rindu

-Aditya Nur Widi Hajizah


Malam masih terlalu sunyi kala sendiri

Ketika bumantara ramai oleh kerlip lintang

Sungguh terlalu carut rasa rindu ini

Yang selalu menerobos mengoyak tenang


Indurasmi mulai mengintip malu-malu

Sedangkan gejolak rinduku tak pernah pupus

Padahal kita telah regas oleh waktu

Menyisakan kenangan pahit dan juga manis


Kau tak pernah tahu, dan mungkin tak mau tahu

Seberapa dalam luka yang muncul saat bibirku mengucap amin

Ketika dengan paksa ku hapus namamu disetiap kidungku

Karena aku sadar bahwa telah tiba waktu untuk menerima keadaan


Sudah ku akhiri saja balada rindu ini

Lagipula dirimu telah berlalu entah kemana

Ku usaikan segala cerita yang pernah terjadi

Mari kita bahagia dengan jalan yang berbeda


                                                                            Blitar, 20 November 2020


Kumpulan diksi :

1. Bumantara    : Langit

2. Carut             : Keji

3. Indurasmi      : Sinar rembulan

4. Pupus             : Habis; Hilang

5. Regas             : Dipotong; Diputus

6. Kidung           : Nyanyian; Puisi; Doa

7. Balada            : Sajak sederhana

Jumat, 13 November 2020

Puisi "Cerita Semesta"

 Hai hai haiii :)

Sebenernya aku udah suka nulis sejak SD. Tapi belum aku optimalkan karena enggak terlalu yakin sama tulisanku sendiri. Wkwkwk

Memasuki SMP, aku baru percaya diri untuk ikutan lomba kepenulisan. Mulai dari puisi hingga cerpen. Ditambah kecintaanku pada sastra menjadikan aku seorang remaja yang bucin pada masanya. Upss :"

Dan mulai hari ini, aku berkomitmen pada diri sendiri untuk konsisten menulis di blog lagi. Untuk permulaan, aku kasih satu puisi dulu ya. Itupun puisi lama 😅

Kedepannya, aku bakal upload minimal 1 minggu sekali. Doain biar konsisten ya hehe.
Selamat membaca :)


Cerita Semesta
Aditya Nur Widi Hajizah

Semesta tahu mana yang terbaik
Meskipun itu teletak di hamparan padang rumput luas
Maafkanlah angin yang berhembus kala itu
Yang dengannya aku terbang menuju kearahmu
Hidup memanglah sebuah pilihan
Namun kita tidak bisa memilih untuk mencintai siapa
Sesekali kita harus belajar ikhlas dari kayu
Yang akan musnah dilahap api dan menjadi abu
Tapi setidaknya ia telah memberi sebuah kebahagiaan
Kepada para pejalan yang tersiksa rasa lapar dan dingin

Semesta pun tahu mana yang berdusta
Seperti kumbang yang datang hanya saat kembang bermekaran
Lalu meninggalkannya setelah ia puas
Tapi dari bunga kita belajar satu hal
Bahwa tidak semua keindahan bisa kita miliki
Justru kita harus tetap bersyukur karena bisa menikmatinya
Mampu melihat indahnya senja sebelum gelap menyerang
Juga warna warni pelangi setelah badai pergi
Dan kamu, sebuah keindahan yang nyata
Hanya bisa ku kagumi, belum bisa memilikimu sepenuhnya
                                                                                    Blitar, 12 November 2019

Jadi gimana? Masih amburadul yak :v
Tolong dimaklumi karena saya juga masih dalam tahap belajar.
Kritik dan saran sangat berguna untuk saya. Juga mungkin ada yang mau request dibuatin puisi atau kata kata boleh kok.


Terimakasih semuaa :)

Minggu, 18 Oktober 2020

Maaf dan Terimakasih...

Memang benar, dua kata yang paling susah diucapkan adalah "Maaf, dan juga Terimakasih"

Namun ada juga sebagian orang yang dengan mudahnya mengucapkan kata-kata tersebut.

Tindakan yang manusiawi dan juga merupakan kodrat manusia adalah khilaf. Pasti pernah kita melakukan sebuah kesalahan yang di sengaja maupun tidak sengaja. Niatnya hanya bercanda, tapi ternyata yang diajak bercanda tidak suka dengan cara kita atau sesuatu yang kita jadikan bahan jokes tersebut.

Eittss... Jangan salah. Itu namanya bukan baper!

Karena pada dasarnya, ada hal-hal sensitif yang seharusnya tidak jadi bahan bercandaan. Mungkin untuk kita itu adalah hal yang lucu, tapi bagaimana jika orang lain tersinggung karena sebenarnya itu adalah hal yang tabu untuk mereka?

Pernah berpikiran seperti itu?

Jika belum, sesekali cobalah untuk berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Melihat semuanya, segala aspek kehidupan melalui 'sudut pandang' orang lain.

No! Itu bukan membandingkan. Bukan juga merendahkan. Hanya saja kita juga harus bisa belajar untuk saling menghargai. Menghargai sudut pandang orang lain, menghargai prinsip orang lain, juga menghargai keputusan orang lain.

Jika salah jangan ragu untuk meminta maaf.

Jika diberikan sebuah kebaikan, balas itu dengan ucapan terimakasih yang tulus.

Oiya, ada satu hal yang selalu aku tuliskan pada buku harianku.

"Jangan mengingat kesalahan orang lain, jangan pula membalasnya dengan hal serupa. Tetapi ingatlah berapa kebaikan yang pernah kita dapat. Ingat siapa saja mereka yang selalu membantu kita. Balas kebaikan mereka dengan hal-hal baik yang bisa kita lakukan"

Kehidupan ini bukan hanya tentang dirimu sendiri. Kamu butuh orang lain untuk membantumu berproses menuju impian. Kamu butuh orang lain untuk melakukan segala hal.

So please!

Jangan mementingkan diri sendiri. Egonya tolong dikondisikan :')

Jangan melulu ingin di hargai, dihormati, disegani. Jika sendirinya belum bisa melakukan hal itu ke orang lain.

Bumi tidak hanya berputar untukmu saja.

Jangan saling menyalahkan, jangan memanfaatkan kebaikan orang lain, jangan menyakiti orang lain.


***

Terimakasih sudah menyempatkan sedikit waktu untuk membaca part ini :) juga maaf jika part ini masih absurd karna setelah sekian lama baru nulis lagi.


Terakhir, sebelum kita terlelap. Ada dua hal yang harus kita tanyakan pada diri kita masing-masing.

Sudah berapa kali dalam hari ini kita menyakiti atau menyinggung orang lain?

Sudah berapa kali dalam hari ini kita mendapatkan bantuan dari orang lain?

Mari merenung sejenak...

Minggu, 09 Juni 2019

Allah ada. Dan akan selalu ada.


Saat hati mulai letih, ku tahu bahwa Allah sedang menguji.
Saat diri mulai lemah, ku tahu bahwa Allah ingin melihat perjuanganku lebih keras lagi.


Mata, yang selalu mencoba bersinar ditengah mendung.
Bibir, yang selalu mencoba melengkungkan senyuman ditengah rasa gundah.
Kemudian, hati yang selalu mencoba kokoh agar tak mudah rapuh.
Namun tetap tak mampu bila bukan hanya karenaNya lah aku bertahan.


Badai, sewaktu waktu bisa saja merengkuh.
Air mata kapan saja bisa menghujani pipi.
Tapi, apalah daya jika bukan karenaNya.
Tak akan pernah tampak sinarnya matahari menerangi.


Allah bukanlah sekedar upaya yang kuinginkan tertanam di dalam diri.
Namun bekal kesabaran dan ketabahan dariMu yang selalu aku damba.
Aku lemah. .
Aku rapuh. .
Aku kuat bila ku selalu dalam genggamanMu. .


Wahai Allah. . .
Bukan pembalasan yang ingin ku lontarkan.
Tapi, kerendahan hati yang ingin kupinta dariMu.
Dan semoga engkau selalu bersamaku.
Kemanapun, dimanapun, dan bagaimanapun keadaannya. .